Pacaran, YES or NO?

Suatu malam, tepatnya 5 Januari 2012 malam, saya mendapat sms singkat dari seorang sahabat, “Eh btw Git, kamu minat ga pacaran?” Jawaban dari pertanyaan itulah yang membuat saya kemudian menjadikan opini-opini saya yang selama ini hanya ada di hati dan pikiran berbentuk tulisan.

share-love1

Semua orang pasti tau kalau pacaran memang tidak boleh dalam Islam. Tapi toh bagaimana pun, tetap saja pacaran menjadi sesuatu yang sangat lumrah di lingkungan kita. Begitu pun saya. Dulu saya berpikiran, kenapa sih pacaran harus terlarang? Kalau memang ditakutkan kita terjerumus dalam hal negatif (berbuat zina), berarti selama kita tidak berbuat hal tersebut, tidak masalah dong. Kalau memang bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan muhrim juga tidak boleh,berarti jika kita berpacaran tanpa menyentuh sama sekali pasangan kita juga tidak masalah dong.

Hingga akhirnya saya menyadari suatu hal, meskipun harus menelan pengalaman pahit dulu. Hal besar yang saya dapatkan adalah soal keyakinan. Ketika kita berpacaran, kita memang sama-sama suka dengan pasangan kita. Hal yang kita rasakan adalah bahwa si ‘dia’ merupakan orang yang paling kita sayangi, dan untuk sekarang maunya sama ‘dia’ aja. Namun kemudian, coba rasakan (saya berkata sebagai seorang perempuan). Ketika saya diajak untuk serius (diniatkan untuk menjadi pasangan suami-istri di masa depan), entah kenapa ada suatu tolakan dari dalam hati. Penolakan itu mengatakan bahwa saya maunya bukan suami dengan karakter seperti itu. Meskipun saya sangat menyayangi pacar saya, tapi tetap saja semakin saya berusaha untuk tidak mendengar, suara penolakan itu semakin keras. Memang benar, bukan karakter seperti itu yang saya inginkan untuk menjadi suami saya. Ini masih jauh. Saya masih berumur 18 tahun, dan masih ada sekitar 6 tahun lagi (harapan saya menikah pada umur 24 tahun) untuk mengenal orang lain yang mungkin saja lebih baik. Daripada saya meneruskan menjalani hal yang sudah pasti hati nurani saya menolak, lebih baik diakhiri saja pacarannya. Ini adalah tanda pertama.

Kedua. Seringkali hal yang membuat saya juga ga sreg adalah jika pacar saya yang niatnya mau dijadikan suami itu mempunyai mantan pacar, apalagi tidak hanya satu. Saya merasa, hatinya sudah terkontaminasi untuk orang lain. Rasanya saya tidak rela kalau suami saya, yang akan menjadi pasangan hidup saya, sudah pernah membagi-bagikan hatinya untuk orang lain. Egois memang, tapi itulah kenyataan yang saya rasakan. Untuk itu, kata pepatah yang menurut saya itu juga hukum alam, kalau saya mau orang lain melakukan hal tersebut untuk saya, saya pun harus melakukan hal serupa untuk orang lain. Jadi, lebih baik saya tidak usah lagi membagi-bagikan hati saya kepada banyak orang (hati di sini berbeda dengan sayang kepada orang tua, keluarga, teman-teman). Bahasa lainnya: saya ingin menjaga hati saya untuk orang yang saya belum tau siapa.

Ketiga. Ketika kita sedang dalam status menjadi pacar seseorang, kesempatan kita untuk mengenal lebih banyak orang di luar sana semakin berkurang. Kalau kata papa saya, “kalau kamu jadi pacarnya X, nanti ada Y yang mau kenal lebih deket sama kamu kan jadi mundur. Soalnya kamu udah punya pacar.” Ketika saya rasakan kembali, memang benar. Coba saja bayangkan dan rasakan. Ketika kita akan menyukai (mungkin sekedar kagum sesaat) dengan seseorang, tetapi ketika kita tau bahwa orang tersebut sudah berpacaran dengan yang lain, kita langsung ga jadi suka.

Keempat. Tanda ketiga di atas (jika dari segi perasaan saya), mengakibatkan juga berkurangnya peluang saya mengenal lebih banyak orang yang kualitas dirinya lebih baik. Dalam posisi kita yang menyukai dan ‘katanya’ menyayangi seseorang, yaitu si pacar, tentunya kita akan merasa cukup dia saja, tidak perlu yang lain.

Perasaan kita yang sudah tersihir untuk menyayangi si ‘pacar’ menjadikan kita menutup mata terhadap yang lain. Kita yakin-yakin saja bahwa dia yang terbaik untuk kita. Banyak kisah mengenai pasangan muda-mudi yang telah berpacaran selama bertahun-tahun tetapi begitu dekat dengan hari-H pernikahan justru batal nikahnya. Berarti keyakinan ketika masa pacaran hanya belaka bukan?

Keyakinan inilah yang saya maksudkan sebaiknya dihindari. Karena kita tidak tau darimana sumber keyakinan ini. Bisa saja keyakinan ini ada, karena keyakinan yang sumbernya dari hati nurani terlalu kecil untuk menolak keyakinan yang sumbernya dari perasaan sesaat, dan perasaan sesaat ini besar kemungkinannya bersumber dari setan. Suara-suara setan itu tidak akan berhenti sampai di situ saja, pasti merambat ke hal-hal lain. Inilah salah satu jawaban yang sampai sekarang saya dapatkan. Mungkin nanti saya mendapatkan jawaban yang lebih baik lagi. Lantas bagaimana caranya kita bisa memilih dan menjadikan keyakinan yang sumbernya dari hati nurani ini menjadi sesuatu yang besar, yang dapat kita dengar?

Suara hati nurani saya anggap adalah suara yang sumber datangnya langsung dari Allah. Akan tetapi terkadang manusia tidak dapat mendengar karena hati nuraninya kalah dengan suara lain yang lebih besar. Suara kebaikan ini, kalau kata salah seorang dosen psikologi Undip yang juga menguasai hypnotherapy, akan semakin besar suaranya jika si pemilik hati sering mendengarnya. Artinya, akan semakin besar jika kita sering melakukan hal baik yang intinya mendekatkan diri pada Sang Pencipta-nya.

Sekarang, itulah yang saya coba kejar. Saya ingin suara hati nurani saya bisa bersuara lebih keras, sehingga suatu saat nanti saya tidak perlu ‘mencoba-coba’ orang untuk dijadikan calon pasangan hidup saya, karena saya akan mendapat keyakinan hakiki yang sumbernya langsung dari Sang Penentu Takdir. Untuk itu, selain mencoba untuk terus mendekatkan diri pada Allah, saya ingin meningkatkan kualitas diri saya, karena saya yakin, pasangan kita (jodoh) kualitasnya akan sebanding dengan kualitas diri kita. Jadi, untuk apa saya membuang waktu saya untuk mencoba hal yang tak pasti? Mungkin nanti, saya akan melakukan pendekatan yang seperlunya, tetapi dalam kondisi saya telah siap dari berbagai segi untuk menikah, bukan sekarang.

Satu hal lagi yang pasti salah kalau kita berpacaran. Perasaan kita akan sangat tertuju pada pasangan, sehingga kita melupakan kepada siapa sebaiknya perasaan cinta itu seharusnya ditujukan. Seharusnya kita mencintai Dia, yang merupakan kekasih sejati dan yang hakiki untuk kita. Kalau nanti kita menikah dengan jodoh yang sudah Dia tentukan, berarti kita mencintai orang tersebut karena kita cinta Dia, Allah yang Maha Penyayang. Ya, seperti itulah yang ideal. Sementara ini saya sendiri masih dalam tahap berusaha melakukan pendekatan dengan Dia. Dan semoga apa yang saya lakukan ini dapat istiqomah, mengingat saya sendiri kadang masih suka naik turun ‘idealisme’nya mengenai hal di atas. Untuk itulah saya memerlukan sahabat yang bisa saling mengingatkan untuk terus dalam kebaikan, dan Alhamdulillah saya mempunyainya.. :)

Sekarang saya bisa berkata seperti itu, namun belum tentu suatu saat nanti saya dapat mengatakan hal yang sama
Tulisan ini semoga dapat menjadi pengingat, terutama untuk diri saya sendiri, hingga sampai datang waktu yang tepat
FYI, baru pertama kali ngepost tulisan dengan perasaan deg-deg-an super

53 thoughts on “Pacaran, YES or NO?

    • maksudnya yang sms aku? iya haha, tapi terus rose udah nulis, ga berani dipost -____- aku juga ngumpulin keberanian dulu nih buat ngepost, soalnya takut ga bisa ngelakuin nih mik..
      ayo ayo tuliskan opinimu miik di blogmu , aku tungguuu ;)

  1. setuju cremoo…sakral euy..tulisan nya baguss

    bisikan hati ga cuman dari TUHAN bisa saja dari setan kan?
    semoga kita makin mendekatkan diri dan semoakin tau bisikan yang benar

    jodoh menuntut kepantasn kan?? yang baikuntuk yang baik…hehe

  2. maa syaaallaah…

    Semoga bisa menjadi ibrah (pelajaran) bagi yang menulis dan yang membaca.. :)
    Mari niatkan untuk terus istiqomah di jalan-Nya, karena keistiqomahan tergantung usaha dan do’a kita…

    Bagus tulisannya.. ^^

  3. Klo gitu orientasinya diubah aja teh. Jangan cari pacar, tapi cari “calon suami”. Klo udah dapet calon suami, baru kita boleh sebut dia “pacar”.hehe
    =)

  4. hehee, seru banget postingannya ^^
    ya, hidup memang pilihan, semoga kita tetap istiqomah di jalan yang lurus :)
    amiin
    kamu udah baca postingan ku yang “ketika cinta melanda gak?”

  5. Gue rajin sholat, gue punya prinsip untuk tidak melakukan hal-hal berzinah, tapi tetep aja, gara-gara pacaran, tetap saja godaannya tinggi. Jadi aja…. >_>

  6. betul sekali apa yang kita pikirkan bahwa kita memang berhak memperoleh pasangan yang lebih baik, yang ganteng soleh kaya pandai memasak dan rajin menabung, tapi kira2 orang dengan sifat seperti itu mau ga ya sama saya? -hanya kita yang bisa jawab-

    jadi intinya tidak ada orang yang sempurna -termasuk diri saya- hehe

    terima kasih

  7. hmm, cukup berani menekankan aspek IMHO, menarik, namun beberapa ada benarnya juga opini anda.
    pertahankan apa yg diyakini, kunci sukses menuju kepuasan diri.

  8. Kak gita seperti menyuarakan suara hati aku :”> hihi poin2 disini aku bangetttttt. Apalagi kata2 papanya kak Gita, duh itu kata2 mamaku banget! S-a-m-a-p-e-r-s-i-s-s-s!!! Tp hatiku seringkali goyah krn lingkungan yg memang mayoritas berpasangan, dan banyak jg teman2 yg memasang2kan aku dgn teman lainnya (nyomblangin). Tp stlh baca post ini, aku jd kembali percaya, kembali yakin dgn apa yg selama ini aku pegang erat. Terima kasih kak Gita, sudah me-refresh prinsip2ku yg hampir goyah :)

  9. setiap perbuatan HARAM selalu dihiasi Indah oleh syaitan. Inilah yang mungkin menjelaskan apa yg sampeyan rasakan..
    dan kebenaran adl bukan berasal dr hati nurani, kebenaran adalah Quran dan Sunnah yang dipahami dgn pemahaman salafusshalih. Jadi setiap apa yg anda rasakan, selalu sesuaikan kata hati nurani anda dengan tolak ukur kebenaran di atas. dan dlm kasus ini kata hati nurani anda benar krn bersesuaian dgn kebenaran…

  10. Artikel yang membina, abstraksi verbal dan pilihan kata yang sangat baik, dan pemikiran yang hakikatnya sangat imajinatif dan kreatif. Terima kasih, karya Anda sangat saya hargai. Salam kenal.

  11. Subahanallah,, tulisan ini tdk hanya brguna untuk diri sndiri tapi juga bermakna untuk orang lain.. nice words sista…

  12. nice post, entah kenapa setelah baca postingan ini semakin yakin bahwa Allah sudah mengatur sedemikian rupa akan jodoh kita , kita nggak perlu khawatir, karena Dia tau yang terbaik buat kita :)

  13. iya terimakasih ya atas komentar2 positifnya.. :D
    CMIIW correct me if i’m wrong , soalnya tulisan ini bener2 opini pribadi aja..

  14. mulai masuk SMP ane dapat pedoman “Kalau kamu cinta sama seseorang yang bukan muhrimmu , tentunya kamu tidak akan mengajaknya dalam lingkaran syaitan (pacaran), ajaklah dalam ikatan yang haq , jika kamu dengan segudang alasan tetap membawanya ke lingkaran syaitan , sadarlah itu cuma nafsu belaka”. dan alhamdulillah ane masih kuat ngejalaninnya walaupun godaan banyak (sampai dikejar-kejar).

  15. ~sungguh bersih, sesuatu berasal dari hati nurani.
    Terkadang sulit utk berkata apa yang terpendam dalam diri, tapi ngeliat tulisan ini buat sy jadi termotivasi.
    Karena sesuatu yang berasal dari dalam hati (qolbu) itu bersih.

  16. Sudut berbeda…. [<3]

    Bagi saya "berpacaran" tidak selamanya harus dimaknai sebagai media penghalal menjurus kepada kemaksiatan….

    Berpacaran adalah media mengenal seseorang lebih dalam, khususnya orang yang kita sayangi….
    Keduanya bisa saling berbagi dalam suka maupun duka, saling menguatkan ketika salah satunya terpuruk, saling mendukung dalam meraih karir dan prestasi…..
    Diakui atau tidak, suport dari seseorang yang kita sayangi (lawan jenis selain keluarga) lebih membari nafas kehidupan daripada yang lain….

    Islam juga menganjurkan untuk mengenal lebih dalam seorang yang hendak kita jadikan pasangan hidup…
    Bahkan dalam salah satu haditsnya nabi pernah melarang seorang sahabat menikahi gadis yang ternyata belum dikenalinya….

    Walau demikian, semua tergantung kepada kedua belah pihak (pasangan) untuk saling menjaga dan menguatkan… so, musti lebih seleksi memilih kekasih hati…

  17. Subhanallah….
    benar sekali apa yg anda ceritakan di atas. Membaca nya saya mnjd ingat kembali pesan dr pementor saya, jodoh yg baik, hanya untuk orng yg baik pula….
    bersabarlah, pd suatu wktu jdoh yg baik itu insya Allah akan dtang… amiiinnn…

    hhhmmm…. anggita… keren bgt dirimu… aku suka tulisan2mu itu…sdh lama tdk brtemu, dirimu smakin hebat saja… =)

  18. aku suka tulisan kamu. terutama gak mau hati org lain terkontaminasi. Mungkin aku beruntung cowok yang pernah aku sukai selama ini biasanya blm pernah pacaran. Dulu, aku suka dengan 1 cowok saat SMP, dia nembak aku, sayangnya aku tolak (tanpa bilang alasanku nolak), beberapa bulan kemudian dia pacaran dan aku kecewa ternyata dia cintanya hanya ilusi. Ini sudah 7 tahun, dan bagiku dia masih seorang cowok yang perfect dimataku, krn smw kriteria kemiripanku beberapa ada padanya (jd bs saja kmi cocok). Mungkin dia cinta pertamaku, yg pernah gw bayangkan jadi suami (bahkan pd saat SMP bayangkan!). Skrg aku sampe skrg blm pernah pacaran, kata orang sih gak apa2 kalo pacaran, buat pengalaman, tau karakter cowok kyak gimana, buat referensi pengalaman juga kalo milih cowok jangan yang kayak giman (mungkin benar juga, menurutku). Tapi hingga kini aku pernah suka (yg bener serius suka) 2 cowok dalam jangka waktu berturut. Cowok pertama 3 tahun berturut suka dia gak prnh ngobrol. Cowok kedua ditempat magangku dan kami terpaut 2 tahun…sedih juga dia baru sebulan lalu punya cewek. Emang dia lagi skripsi dan saatnya nikah….kalopun jadian sama aku yaa bakal nunggu dulu sampe aku selese kul, kasian dianya. Semua cowok itu intinya tanpa gw sadari mirip sama cowok pertama yang aku bayangin jadi suamiku itu.. Aku emang ga terkontaminasi pacaran, tapi kenapa ya cowok yang hatiku pilih tanpa aku sadarin punya hal-hal seperti dia? (#cowok pertama)

  19. jengjeng.. celoteh datang lagi *dengan komentator yang berbeda dengan yang komentar sebelumnya -,-

    ada satu pertanyaan nih, terutama buat poin nomor 3. kalau nggak pacaran, dideketin banyak orang, nanti malah dibilang PHP gimana dong? padahal niatnya kan biar banyak temen.

    hahaha, salam kenal ya :)

  20. masya Allah, semoga byk yang bisa mengambil hikmah dr tulisan ini…
    Terkait dengan nurani, ada kutipan Salim A Fillah yang indah, “Tak ada yang lebih jernih dari suara hati, ketika ia menegur kita tanpa suara. Tak ada yang lebih jujur dari nurani, saat ia menyadarkan kita tanda kata-kata.”

    *keep posting*

  21. Subhanallah.. nice post..

    Opini yang menarik :)

    “Don’t let the noise of others’ opinions drown out your own inner voice” – Steve Jobs

    Saya punya banyak temen mentor wanita yang keras melarang berpacaran ketika SMA, ketika kuliah ternyata pada pacaran.. dan semua yang mereka katakan ketika SMA seakan “zzzzzz” begitu..
    oleh karena itu amat penting istiqomah..

    mudah2an ukhti bisa istikomah :)

    nice girl only for nice guy..
    cheers

  22. keren tulisannya.memaparkan secara rasional tanpa perlu menggunakan hal-hal yang ekstrim dan dogmatis.saya suka kalimat “pasangan kita (jodoh) kualitasnya akan sebanding dengan kualitas diri kita”.

    kalau ingin mendapatkan pria seperti Ali bin Abi Thalib maka jadikan dirimu sprti Fatimah Az Zahra, bgtu pula sebaliknya.
    kalau ingin mendapatkan pria seperti Muhammad maka jadikan dirimu sprti Siti Khadijah, bgtu pula sebaliknya.

  23. laki-laki yang baik adalah untuk wanita yg baik jg>
    jd jika ungin memiliki suami baik maka hrs mjd wanita yg baik
    bgtu jg sblikny

  24. Sama, saya juga masih suka berubah2 fikirannya kayak kamu..
    Semoga istiqomah ya.. Amiin..
    InsyaAllah akan ada orang yang tepat di saat yang paling tepat juga dari-Nya.. Amiin..

Leave a comment